Senin, 13 Desember 2010

JENIS-JENIS ADAT ISTIADAT Dayak

JENIS-JENIS ADAT ISTIADAT

Sesuai dengan makna hakekatnya, adat dapat di bagi dalam 2 (dua) kelompok yaitu adat kepercayaan dan adat kebiasaan atau adat antunan. Adat kepercayaan ialah adat yang dalam implementasinya mengandung unsur religi yang bersifat sakral sedangkan adat kebiasaan ialah adat yang dilakukan semata-mata atas dasar kebiasaan.

Adat kepercayaan terdiri dari : (ka’ kaidupatn)

· Adat ka’ paridup, ialah adat istiadat yang dilakukan sehubungan dengan perihal kehidupan seseorang sepanjang hidupnya (seumur).

· Adat ka’ matian, ialah adat yang dilakukan sehubungan dengan hal kematian seseorang dari sejak ia meninggal hingga 3 tahun setelah ia meninggal.

· Adat kamaliatn, berasal dari kata amali’ yang dapat diartikan sebagai suatu larangan sekaligus sanksi. Larangan dan sanksi ini bersifat mistik dan psychologis. Hebungan antara amali’ (larangan dan sanksi ini dapat disamakan seperti hubungan sebab dan akibat namun tetap bersifat mistik dan psychologis karena tidak diterima akal atau logis.

a. Adat Ka’ Kaidupatn

Dari sekian banyak yang tergolong adat ka’ kidupatn diantaranya adalah :

1. Adat ngaladakng buntikng

Adat ngaladakng buntikng biasanya dilakukan terhadap buntikng manusia dan buntikng padi. Tetapi yang dimaksud disini adalah adalah buntikng manusia, atau ngaladakng buntikng manusia.

Ngaladakng buntikng dilakukan hanya tergadao seseorang perempuan yang hamil pertama biasanya setelah hamilnya berjalan sekitar 3 bulan. Ngaladakng buntikng dimaksudkan untuk keselamatan ibu dan anak pada saat melahirkan nanti. Karena arti kata ngaladakng inilah membersihkan atau menyiangi, jadi seolah-olah buntikng itu sudah dibersihkan, sudah steril dari pada segala gangguan/hambatan .

2. Adat Batalah

Usia kandungan biadsanya 9 bulan sepuluh hari atau kadang-kadang 7 bulan sepuluh hari.

Diluar kebiasaan ini, kandungan itu dianggap kurang sempurna, sehingga kadangkala berakibat kepada keadaan fisik anak.

Pada saat melahirkan, didepan rumah disebelah kiri / kanan tangga, dipasang tanda melahirkan. Jika anak laki-laki maka tanda dipasang disebelah kanan tangga dan apabila perempuan dipasang disebelah kiri tangga. Tembuninya ditanam (dikuburkan) didalam tempurung kelapa yang ditutup juga dengan tempurung kelapa, disekitar atau dekat tanah tersebut. Dengan demikian orang dapat mengetahui bahwa dirumah tersebut ada orang yang baru melahirkan dan bahkan dapat diketahui jenis kelaminnya. Tujuh hari setelah melahirkan diadakan upacara adat batalah, yaitu untuk memberikan sebuah nama kepada si anak, sekaligus pada hari itu juga ia telah dibolehkan keluar rumah. Karena selama ia belum batalah, selama itu pula si ibu tidak boleh keluar rumah,(saat-saat ITU SI IBU DINYATAKAN DALAM KEADAAN BARUMUKNG).

Jika dalam keadaan terpaksa karena disebabkan sesuatu hal, mungkin belum punya segala peersiapan, terpaksa masa barumukngnya harus diperpanjang, si ibu boleh keluar rumah dengan didahului dengan adat pengarus baras banyu supaya tidak jukat dsb.

Batalah biasanya dilakukan dengan persembahan ayam saja, tetapi ada pula sementara oranng yang memakai peeersembahan babi (batalah man manok atau batalah dengan jalu ).

Tetapi kedua-duanya tidak mengurangi arti hanya sesuai kebiasaan yang diikuti oleh keturunan dalam keluarga mereka.

3. Adat Bapacar

Bapacar adalah sesuatu bentuk tanps dibarengi denga upacara adat. Bapacar biasanya dilakukan oleh perempuan pada saat ia telah mulai menginjak usia dewasa, biasanya setelah ia terkena canar kain datang kotor (haid).

Pada adalah nama sejenis tanaman dimana daunnya dapat menberi warna merah pada kuku, sehingga artinya memberi warna merah kepada kuku oleh anak perempuan yang baru menyinjak usia dewasa.

4. Adat Babalak (basunat) :

Seorang laki-laki yang sudah menginjak usia dewasa wajib disunat, sebagai tanda bahwa ia sudah dewasa. Apabila sunat dilaksanakan terhadap 2 (dua) orang kakak-beradik, maka mereka harus ditambah 1 (satu) orang lagi dari anak orang lain sebagai “ngantarai” kakak-beradik tersebut. Upacara babalak biasanya dilaksanakan bertepatan dengan roah tahutn, yaitu suatu upacara adat ngalapasatn tahutn seseorang dari keluarga yang bersangkutan, itulah ada yang disebut roah ka’ balak dan roah ka’ tahutn yang akan dilapasatn, babalak tetap dapat dilaksanakan, yang disebut roah balak.

5. Adat Gawe

Pengertian gawe hampir sama dengan roah. Hanya gawe lebih banyak cakupannya dari pada roah, misalnya orang bisa menyebutkan gawe totoknh atau gawe panka’, tetapi kurang tepat jika orang bisa menyebutkan roah totokng atau roah pangka’. Tetapi kadangkala pengertiannya sama seperti gawe tahutn (ngalapasatn tahutn) ada pula menyebutnya roah tahutn.

Dengan demikian, gawe lebih besar dari pada roah adalah merupakan bagian dari pada gawe. Gawe dapat dibagi dalam beberap jenis yaitu :

1. Gawe Nyapet

2. Gawe dua laki bini :

a. Ngalajuk

b. Ngalame

c. Najur

3. Kalangkeng :

a. Bula (hanya pakai ayam)

b. Spet (pakai jalu)

c. Sinopo (pakai jalu 2 ekor)

d. Tukukng (pakai jalu 2-4 ekor)

Semua gawe ngalanjk, ngalame’ najur dan gawe (kaleng) bila di lakukan sebelum mereka punya anak.Tetapi kalekng sapet, kalekng sinopo sebelum mereka beranak 2 (dua).

Setelah beranak 3 (tiga) keatas semuanya pada dasarnya adalah termasuk gawe dua laki bini.

Perbedaan antara gawe dan roah adalah:

Roah : Acara dimulai dengan ka’ panyugu maba urakng tuha, bapalantar dan langsung ditaruh diatas papanokng. Paginya dibuat pabanihan ditengah sami’ dan ditengah bilik. Isi pabanihan itu : beras sungguh 1 pahar, beras poe’m poe’penangaretatn dll.

Sedangkan gawe bisa langsung jadi, tanpa harus bapabanihan dan ka’panyuguterlebih dahulu. Ada 2 (dua) jenis roah yaitu: roah matahatn dan roah babah. Roah matahatn ialah: roah seperti yang telah dijelaskan diatas didahului ka,panyugu ngango’urang tuha,berpangokngdan pamanihan dan persembahanya dengan babi,sedangkan roah babah ialah roah tampa ka’panyugu,papaokngdan pembanihan dan persembahannya cukup hanya ayam saja.contoh roah babah misalnya makan nasi setelah diperam (tumpuk) tuainnya selama 3 hariatau berapa hari dan upacara dan persembahan cukup dengan ayam beberapa ayam saja.

6. Ngalapasaatn sinsangi atau ngalaosatn molot

Sinsangi ialah suatu permohonan doa kepada jubatayang disertai janji doa itu terkabul akan di adakan persembahan kurban berupa ayam atau pun babi, tergantung dari pernyataan sinsanginya. Misalnya : kalau (panen saya berhasil/ namu padai-kalau istri melahirkan dengan selamat-dsb), aku bersinsangi munuh jalu atau munuh manok dll. Sinsangi adalah suatu janji kepada Jubata yang harus dilaksanakan yang disebut ngalapasatn molot, sebab apabila tidak di laksanakan mereka menanggung sanksi psykologis, akan tertimpa suatu petaka. Sinsangi boleh dilakukan oleh perorangan atau sekelompok orang seperti misalnya satu kampung. Basisangi tentang kesehatan ataupun tentang hasil panen.

7. Adat Mendirikan Rumah (Batumuk)

Mendirikan rumahpun harus ada adatnya, yang disebut adat batumuk. Supaya rumah yang didirikan itu nantinya dapat membawa keberuntungan / rejeki, membawa kesejukan, penghuninya tidak sakit-sakitan dan lain-lain.

8. Adat Ngangkat Arakng

Adat ngangkat arakng dilaksanakan setelah 3 hari kebakaran maksudnya supaya setan/iblis jangan lagi menganggu, dan segala harta yang ludes terbakar, kembali berlipat ganda.

9. Adat Babalak

Gawi babalak di sampingan ka ! dango jadi hal ini dapat di lakukan apabila sudah melakukan gawai dua laki bini.

0 komentar:

Posting Komentar





 
Design by PHILIPUS NAHAYA | Web by PHILIPUS NAHAYA - Philipus Nahaya Themes | PHILIPUS NAHAYA