Adat ka’patahunan ialah semua bentuk adat mengenai hal-hal yang berkaitan dengan pertanian bersawah dan berladang, yaitu :
a. Nabo’ panyugu babatak ngawah (telah ditetapkan tanggal 20 Mei)
Bapadah ka’ urang tuha (memberitahu kepada Pama, Jubata) akan dimulainya mengerjakan ladang yang akan didahului dengan cara ngawah dan dimaksudkan pula agar dapat dimulai dengan serentak, untuk mengurangi bahaya serangan pipit, limpango ataupun tikus.
b. Ngawah
Ngawah dapat juga diartikan sebagai mato’ tanah dan baburukng , mato’ dimaksudkan untuk mohon perkenan jubata untuk meladanginya dan baburukng ialah untuk mendengarkan pertanda alam melalui suara burung seperti keto, buria, kutuk, sooh dll, yang kesemuanya disebut rasi. Apabila pertanda alam sepertinya tidak memberatkan atau morokng, maka penebasan ladang dapat diteruskan.
c. Babatak Nabakng : ialah suatu upacara adat yang diadakan sebelum nebang pohon-pohon besar diladang dimaksudkan adalah untuk keselamatan para penebang agar jangan terjadi kecelakaan ditimpa kayu dan sebagainya.
d. Ngarapat Lubakng tugal : morok suatu adat istiadat pertama menanam buah
Ialah suatu upacara adat setelah 3 hari habis nugal, maksudnya supya lobang bekas tugalan itu “tertutup” rapat, tidak dimakan oleh burung tekukur dll, dengan demikian dimaksudkan agar padinya tidak popor, dan dapat tumbuh semuanya.
e. Nabo’ uma (Ngiliratn panyakit padi)
Upacara adat ini biasanya dilakukan pada saat padi sedang dirumput dan telah mendapat ditetapkan MUSBIN yaitu tanggal 7 November setiap tahun. Maksudnya agar semua penyakit/hama padi diberangkatkan (disuruh pergi) agar tidak menganggu sawah/ladang.
f. Ngalajuk
Ngalajuk ialah upacara adat yang diadakan beberapa lama setelah ngarapat lubakng tugal, tatkala padi mudah tumbuh, mulai munga tepo’ maksudnya agar padi tumbuh dengan baik dan subur.
g. Nurutni
Nurutni’ : ialah upacara adat yang diadakan beberapa saat sebelum mulai panen padi baru (sumpalah tahutn) diladang. Maksudnya agar padi yang sedang panen diberkati oleh jubata. Anyiannya na’baginsit (tidak terlalu cepat habis panen). Persembahannya cukup dengan telur.
h. Ngiliratn antu apat :
Ialah upacara adat yang diadakan pada saat masih sedang mengetam padi diladang (masih panen) maksudnya untuk mengusir (disuruh pulang) antu apat yaitu semacam roh jahat menyebabkan paceklik. Dengan demikian mereka terlepas dari belengu paceklik. Ngiliratn antu apat telah ditetapkan oleh MUS-BIN tanggal 17 februari setiap tahun.
i. Muungk
Muungk ialah upacara adat yang diadakan pada saat seseorang membutuhkan pertolongan untuk panen padi sawah /ladang. Biasanya muungk dilakukan apabila seseorang yang mempunyai sawah/ladang yang cukup luas sehingga perlu dibantu untuk panennya, atau memang ada pamolotatn atau singsangi/baniat, untuk muungk, Muungk dibantu oleh masyarakat seisi kampung. Bahkan bisa juga melibatkan masyarakat diluar kampungnya sendiri. Jadi, muungk adalah sejenis gotong royang untuk panen padi yang disertai dengan upacara adat.
j. Bentuk gotong-royong lainnya:
Bentuk gotong royong lainnya tanpa disertai dengan upacara adat yakni : maranggi, nyurukng gare’, nyurunkkg timako, maraweng. Mereka tidak dibayar upahnya, hanya diberi makan dengan memotong babi. Dan lain-lain, mungkin masih banyak lagi yang belum terpakar, karena tiap-tiap binua mungkin ada yang berbeda.
k. Muat langko dan niduratn padi :
Untuk memudahkan penjemuran padi pada musim panen, maka orang mendirikan tempat penjemuran untuk mengeringkan padi yang disebut langko (langkau). Setelah padi selesai dipanen dan padi dilangko sudah cukup kering maka padi didlam langko dipindahkan kedalam dango dan inilah yang disebut “muat langko”. Penyimpanan padi didalam dango disebut “niduratn padi”. Muat langko dan niduratn padi dilakukan dengan upacara adat. Sejak saat niduratn padi, pdi didalam dango tidak boleh diambil sebelum diadakan upacara adat naik dango.
l. Naik Dango :
Naik dango adalah suatu upacara adat yang diadakan pada saat sebelum mencedok padi didalam dango, setelah padi ditidurkan kedalam dango beberapa lamannya dimaksudkan agar padi yang sedang tidur didalam dango jangan terganggu, karena telah kita perlakukan dengan hormat yang ditandai dengan adanya upacara adat. Apabila perakuan kita terhadap padi tidak hormat (ramong) maka padi tidak akan betah tinggal didalam dango, akibatnya hasil panen tahun depan akan mengalami kegagalan.
Bersama dengan naik dango itu beberapa persembahan dapat dilakukan pula yaitu:
1. Persembahan didalam dango, dapat diartikan sebagai ungkapan ras syukur mohon berkat atas hasil panen yang diperoleh dan supaya tahun depan panennya dapat memuaskan lagi.
2. Persembahan diruang depan (ka’ sami’) untuk minta rejeki kepada jubata.
3. Perembahan ditengah bilik, untuk minta kesehatan keluarga.
4. Persembahan ditempat menyimpan beras yang akan dimasak setiap hari (ka’ pabarasan), untuk supaya makanan yangb kita santap setiap hari membawa berkat dan menjadi kesehatan.
5. Persembahan dikandang babi’ (ka’ padulangan) supaya babi yang dipelihara sehat, tidk diserang penyakit dan dapat berkembang biak seperti doa panyangahtn: “Bajalu sakumakng lati”.
6. Persembahan dikandang ayam (Sado manok) maksudnya sama seperti di padulangan, seperti doa panyangahatn : “Bamanok sasige aur”.
0 komentar:
Posting Komentar