ADAT ISTIADAT KAMATIATN
1. Adat Istiadat Memandikan Jenazah
a. Disediakan air yang sudah dicampur dengan air dingin diberi sedikit bunga-bungaan, daun pandan, langir badak dan disiapkan sabun.
b. Setelah dimandikan disediakan 1 stel pakaian lengkap serba putih dipasang pada badan simati seperti biasa kemudian dibaringkan ke ruangan serambi lurus kakinya kea rah pintu keluar kemudian dibungkus dengan kain kafan(kain putih).
c. Setelah itu disiapkan 1 babak pahar untuk tempat makanan simati berupa nasi, sayur, air, dan lain-lain dan 1 buah peti (tas) tempat pakaian yang pernah dipakai semasa masih hidup ini ditaruh di samping jenazah ini tanda memberikan kepadanya untuk dibawa kea lam baka tempat suci baraseh.
2. Adat Istiadat Nau
a. 1 ekor babi laki sebelum dibuang bulunya diambil dulu dari jungur sampai telinga, ekor dan kuku kakinya dengan cara diturih kulitnya.
b. 2 ekor ayam masing-masing diambil sayap, kepala dan kaki sebelah kanan. Kesemuanya ini dibawa di kuburan (tanda member kepada simati). Seluruh anggota keluarga yang datang menyiapkan keperluan pati jenazah, tambak dan persiapan lainnya 1 buah tempayan paluk dan alat pekerjaan yang pernah ia miliki untuk dibawa kekuburan.
c. Jika yang sedang keturunan yang mempunyai kedudukan ditengah-tengah masyarakat lainnya supaya dibuatkan untuk seorang laki-laki ini dibuat sanung/baegamangk selama 3 hari berturut-turut setelah jenazah dimakamkan sampai kepada adat muang abu.
d. Adat istiadat membuat pangkalan atau bgaegamangk (1 hari 1 ekor ayam) disediakan juga makanan yang agak mewah, jangan sampai lapar orang yang bekerja, karena menaruh pandangan adat kemewahan yang dilakukan pada saat memepersiapkan keperluan orang meninggal, ini langsung ditempatkan ditempat suci baraseh ( di bait pama).
e. Sedangkan kalau yang meninggal setiap perempuan, dia dibuatkan pangkalat dan harus dibuat pada saat jenazah belum dimakamkan dengan perlengkapan seperti huruf c diatas pembuatannya hanya 1 hari.
3. Adat Istiadat Nurutant Jenazah
Jenazah dimasukkan di dalam alongk (peti) semua anaknya dipersilahkan untuk melangkahi jenazah masing-masing 7 kali anggota keluarga lainnya menyiapkan 1 tombak, 2 payung. 3 dompo’ untuk dibawa oleh orang yang terdepan membunyikan gong dan membunyikan letusan senapang (bedil) memecahkan tanbangk air tadi dibawa juga di kuburan untuk dipasangkan sebagai suda sebanyak 7 biji di keliling kuburan.
4. Adat Istiadat Sampai Di Kuburan
Sebelum memasukkan pati jenazah, lubang lahat di pasang di sau,! Dengan dompo! Yang dibawa dari rumah di tambah dengan longke untuk rabun Dikuburan, setelah peti dilapisi lobang didirikan sebatang kayu kecil untuk lobang panyaru sumangat semua anggota keluarga yang ikut menyiapkan di kuburan dan membagi-bagikan semua makanan yang disiapkan untuk simati kepada semua keluarga yang telah dikuburkan terlebih dahulu ditempat ini.
Pangurukng sumangat dilaksanakan setelah selesai penimbunan tanah kuburan, salah seorang menyampaikan pesan-pesan kepada almarhum dengan terlebih dahulu nigapm (menepuk) tangan 7 kali. Setelah pesan-pesan selesai dibagikan pangurukng sumangat berupa daun yang dilepetan tersebut supaya tidak rere’ (dioengaruhi) oleh roh almarhum dan sumangatnya masuk kedalam tubuhnya masing-masing (lepetan daun disisipkan ke telinga).
Saat acara pangurukng sumangat dikuburkan. Si pembawa pesai mulai menigapm tanah pada bagian kepala sebanyak 7 kali seraya mengatakan kata-kata sebagai berikut :” asa’- dua – talu – ampat – lima – anam- tujuh………. Duhai kao sianu (disebut namanya) a-iatn aku masatn nia’ kao dah pulakng ka’ nagari binua asalnyu – man jodo bagiatnnyu – janji man ne’ nangenyu, kao batikar tanah - bakubu amutn - babantal urat – barapi janyahakng – bajalatn kao baik-baik, - ame kao ngeba’ nganan – tamui ne’ nange’nyu, ame kao ngalit – ame kao taap surabekng ka’ jukut urakng’ – pamare’ kami dah cukup ka’ kao, nang ada kao’ tantuatn, - nang nana’ ame kao gago’I, kao urakng nang di pamaluatn, urankng nang pangalar pangurangtakng, ame kao jadi ganye, - jadi ular, - jadi tikus, - jadi ampe’-ampe, - ame kao jadi baho ka’ uma ka’ tahutn, - kao jadi biat, - jadi pama, - tangahi’ anak ucu’nyu ka kampong halaman – binua nagari kami. Didiatn kao tamui da’ sianu’a – kao dah pulakng ka’ nagari binua asalnyu – man jodoh bagiatnnyu – ame kao ngarere ngalimat kami. Kurs…………… sumangat kami – pulakng ka’ tubuh ka’ karokngnya - ame rere’ man urakng mati “.
5. ADat Istiadat Pulakgn dari Kuburan
a. Pulang dari kuburan langsung mandi disungai dengan air bunga lengkap dengan balangir babadak, sebelum naik kerumah basau’ barabun dengan daun longke daun mentawa dll, karena menurut adat kuburan adalah tempat yang paling kotor nang ece.
b. Sesampai dirumah mereka yang ikut menguburkan boleh mandi dahulu, kemudian selesai mandi mereka kumpul dirumah duka, dan diadakan upacara “panetekng” untuk nyaru’ sumangat (menanggil) sumangat kemungkinan sudah ada yang rere’ dengan roh almarhum. Setelah selesai adat panetekng dilanjutkan dengan acara makan, barulah diadakan acara bacece’ mati sebagaimana yang telah diuraikan.
c. Ai’ Balik : dipelantaran (pante) dipasang ai’ balik yaitu terdiri dari abu yang ditaruh diatas sobokng, kemudian air didalam piring dan ditutup dengan pangayak. Sedangkan diujung pante dibuat tanga antu’ yang tepaknya terbalik. Kesemuanya ini dimaksudkan untukmenyadarkan roh almarhum bahwa ia berada di alam lain (sudah mati) tatkala ia melihat bayangannya didalam air yang tertutup pangayak. Abu dalam sobokng maksudnya supaya bekas Nampak dan dapat diketahui bahwa ia betul-betul dating kembali.
6. Adat Istiadat Bacece’ Mati
a. Adat bacece’ mati diadakan dirumah yang meninggal pada setelah makan sore (malam) dengan takaran adat buat pacak 10 amas dengan rincian sebagai berikut :






Yang menerima pingatn danmangkok tidak harus dibawa tetapi hanya dipegang dan paku hanya digigit sebagai pangkaras, terkecuali mati bangkak, mati di tara, diburut, mati baranak, mati ngotori memang harus dibawa.
b. Pertanyaan masyarakat mengawali sebab kematian, apa ada penyebab lain selain jodo janji bakalahi, baancam, mati manjodoh janjinya, mati suci baraseh nana bajangkakng baraba, mati balangir babadak.
c. Pertanyaan kedua tentang persengketaan utakng piutang, kedalam pertanyaan ini supaya jelas, kalau ada simati barutakng atau ada orang lain yang barutakng pada simati ini harus dibicarakan dalam 3 hari sampai 7 hari, dan harus diketahui oleh masyarakat sampai juga pada pembagian harta benda simati yang kembalinya kepada siapa-siapa , ini supaya diketahui oleh waris dan pengurus. Seandainya pada saat itu ada yang belum sempat hadir, masih diberikan kesempatan 3 hari kemudian yaitu pada saat upacara adat muangi abu. Tikar kubu atau bisa juga setelah 7 hari setelah diadakan upacara basuayak. Pengajuan utang piutang setelah itu tidak dibenarkan. Pertanyaan ketiga apakah tahutnnya ada ditantuatn ( akan dilaksanakan upacara adat ngalapasatn tahutn, setelah 3 tahutn). Jika tidak ada dilaksanakan, cukup diadakan barapus setelah 7 hari. Pertanyaan keempat yaitu mengenai keadaan tibuh , jika yang meninggal suaminya, kebetulan istri almarhum masih dalam usia produktif yang ditanyakan apakah istri almarhum dalam keadaan hamil atau tidak kotor, atau baru habis kena kotor. Pertanyaan kelima mengenai sikap tanggung jawab nantuatn, ngirikngkan , anak-anak almarhum. Waris dua belah pihak masing-masing menangkupkan tangan diatas kepala anak-anak, tanda bersedia membantu pada saat diperlukan.
Kemudian adat “kalangkah tikar” oleh istri almarhum berupa uang katip ditaruh diatas piring kecil, diterima oleh dua mari ene’ ( sepupu dua kali) almarhum. Kalangkah tikar dikeluarkan oleh istri almarhum yang masih berusia produktif, artinya mohon persetujuan ahli waris, jika ada suatu istri almarhum mendapatkan jodoh, asal saja perlu bermufakat dengan ahli waris almarhum terlebih dahulu, jika perjodohan itu masih dalam kurun waktu 3 tahun atau sebelum ngalapasatn tahutn. Kalau perjodohan itu tidak dimufakatkan dengan ahli waris, maka ia dapat dikenakan adat “parangkat antu” atau parangkat mati. Akan tetapi walaupun telah mufakat dengan ahli waris almarhum, ia dapat dikenakan adat “pampalit ai’” mata.
7. Adat IStiadat Malahi
Apabila simati meninggal “ningalatn tahutn” artinya masih dalam musim pertahunan artinya dari batas mulai nugal padi hingga sebelum lepas panen, maka diadakan balahatn ditangah uma’ yaitu sebagai malaki’ ( member bagian padanya). Karena itu telah merupakan bagiannya dipagar dengan bamboo yang dibelah, cukup diberi alat-alat ka’uma seperti tarinak, topokng pamanih dsb.
8. Adat Istiadat Muangi Tikar Kubu (Ngabu)
Upacara adat ini dilakukan setelah 3 hari ia dikuburkan, dimaksudkan agar roh almarhum tidak lagi mengingat-ingat segala pakaian sudah diserahkan kepadanya (muangi/dibuang adalah istilah yang juga agar roh almarhum tidak menganggu keluarganya yang masih hidup) mungkin karena dia (rohnya) dating untuk meminta pakaiannya.
9. Adat Istiadat Basuayak (Barapus)
Basuayak adalah suatu adat yang dilakukan setelah 7 hari ia meninggal/ maksudnya adalah untuk memisahkan roh almarhum dengan keluarganya yang masih hidup, agar rohnya tidak mempengaruhi ngarere’ ataupun ngalimat keluarganya. Hal ini dilakukan apabila ada tanda-tanda ataupun perasaan bahwa rohnya masih dirasakan sering dating. Hari ketujuh ini digunakan untuk basuayak, bisa juga untuk digunakan untuk berapus yaitu suatu upacara adat yang diadakan apabila ada ngalapastn tahutn tidak akan dilaksanakan namun beban perasaannya tidak ada lagi.
10. Adat Istiadat Ngalapastn Tahutn
Ngalapasatn tahun adalah upacara adat yang dilaksanakan setelah 3 tahun almarhum meninggal. Bisa juga dilakukan sebelum 3 tahun ngalapaatn tahutn. Setelah itu pada masa-masa almarhum dengan keluarga sudah dianggap habis (selesai).
11. Adat Istiadat Makam Panyugu
Walaupun hubungan rih sudah dianggap selesai setelah diadakan upacara adat ngalapasatn tahutn, namun ada pula semacam kebiasaan dalam masyarakat untuk tetap menghormati almarhum dengan mengadakan persembahan dikuburan (makam) almarhum. Hal ini dilakukan karena mereka anggap penjelmaan sebagai biat pama yang dapat melindungi dan memberikan rejeki kepada anak cucunya. Mungkin saja selama hidupnya almarhum adalahseorang yang baik seorang pagalar ataupun dianggap seorang yang sangat bijaksana dan banyak ilmu. Karena kuburan itu dibersihkan dan dihormati pada saat tertentu untuk persembahan / bapinta, makanya disebut makan panyugu.
0 komentar:
Posting Komentar