Rabu, 14 Desember 2011

SEJARAH ADAT ISTIADAT

SEJARAH ADAT ISTIADAT


SEJARAH ADAT ISTIADAT
"Inilah Ga,bar Logo Binua Nahaya"

a.      Asal muasal adat istiadat
Adat istiadat berasal dari bahasa Arab yang sering kali dikaburkan pengertiannya, banyak orang yang beranggapan bahwa adat itu kebiasaan, tradisi, kebudayaan, dan ada yang beranggapan bahwa adat itu Animisme. Betapa istilah tersebut diatas memang agak sulit kita bedakan pengertiannya antara yang satu dengan yang lain, namun apabila kita cermati secara seksama yernyata mempunyai pengertian yang berbeda pula.
*    Adat Tidaklah sama dengan kebiasaan
*    Adat tidaklah sama dengan tradisi
*    Adat tidaklah sama dengan budaya
*    Adat tidaklah sama dengan Animisme
Adat itu adalah pandangan hidup (kehidupan) karena kalau kita mengutip pendapat CECERO seorang Filsup berkebangsaan Yunani yang hidup 2000 tahun sebelum masehi mengatakan “UBI SOCI ETAS IBI EUS” yang artinya dimana ada masyarakat di situ ada adat (pandangan Hidup) hal ini ternyata harus kita akui dan membenarkan beberapa pendapat itu karena adat itu memang mempunyai 3 kegunaan. :
1.      Adat istiadat  untuk perdamaian manusia dengan mahluk gaib seperti roh-roh halus, keramat air tanah, segala setan iblis, bahkan dengan Tuhan.
2.      Adat Antunan (Aturan) untuk pedoman dalam hal melakukan semua kegiatan kerjasama manusia
3.      HUkum adat untuk member sanksi dan perdamaian manusia dengan manusia, manusia dengan setan iblis, bahkan dengan Tuhan (Jubata).
Oleh sebab itu maka pelaksanaannya harus berdasarkan kerukunan, kepatuhan, dan keselarasan untuk menuju perdamaian, kesejahteraan dan kebahagiaan bersama untuk menyadarkan manusia tentang tujuan, makna, dan arti hidup. Mana kala kita berbicara tentang adat secara kronologis kita juga harus bermula dari tentang adanya masyarakat. Seperti Cerita Nek’ Balungkur karena ia sakit hati kepada Jubata berladang tidak mendapatkan padi, maka ia sendiri memutuskan untuk mengembara mau mencari jubata, ia ingin marah kepada jubata, tetapi ditengah pengembaraannya Nek Balungkur bertemu dengan seorang tua yang pekerjaannya sama seperti Nek Balungkur, dan orang tua itu menyarankan agar Nek Balungkur bermalam dan menginap dirumahnya untuk belajar adat istiadat Bahuma Batahutn, karena ingin tahu adat Bahuma Batahutn, Nek Balungkur memutuskan untuk tidak melanjutkan perjalanan dan menginap dirumah orang tua itu. Sambil bertanya tentang bagaimana caranya Bahuma Batahutn, oleh orang tua itu besok harinya Nek balungkur diajak bersama-sama keladang untuk membuat perlengkapan adat baremah Nabo’ Uma, setelah nabo’ uma dan atas saran orang tua itu Nek balungkur membatalkan niatnya untuk menemui jubata dan ia pun pulang kerumahnya, sesampai dirumahnya ternyata istri Nek balungkur cerita tentang kehilangan ayam, telur dan lain-lain, lalu Nek balungkur memutuskan pergi keladang yang dilaksanakan adat Nabo’ uma itu adalah kepunyaan Nek Balungkur sendiri, akhirnya Nek balungkur menyadari orang yang bertemu dengannya itu adalah jubata yang sedang ia cari.
Kemudian ia tetap melaksanakan kegiatan adat nabo’ uma pada setiap musim sesuai dengan apa yang [ernah ia terima saran Bahuma Batahutn dari orang tua itu dan hasil panennyapun berlimpah ruah, tentu saja masyarakat sekitarnya heran melihat perkembangan hidup Nek balungkur dari seorang yang miskin menjadi kaya sugih, maka masyarakatpun meniru  dan belajar untuk mengikuti kegiatan upacara adat Nabo’uma dan telah menjadi kebiasaan sejak zaman anak cucu bahkan sampai sekarang upacara adat nabo’ uma tetap dipertahankan keberadaannya dan ini disebut adat istiadat Bahuma Batahutn.
Dari cerita Nek balungkur diatas tadi ternyata adat itu adalah kehidupan (pandangan hidup) apalagi waktu melakukan upacaranya dilengkapi dengan segala persembahan dank urban yang disajikan begitu lengkap dengan tempat yang dipersiapkan begitu indah seperti bambu yang diraut dengan rapi disebut PABAYO mempunyai nilai senni dan budayasehingga Nampak indah danmenarik disertai pula penyampaian doa.
Bahasa yang dilantunkan begitu lancar tanpa teks ini sangat patut dan pantas sebagai sarana untuk memohon berkat dan rejeki serta bersyukur kepada jubata Nek Pajaji (Tuhan) karena adat itu mengandung nilai sacral.
Kebiasaan yang telah mentradisi disana sini mempunyai nilai yang sangat positif dan ini berdasarkan kronologis terjadinya adat itu merupakan pandangan hidup (kehidupan) bagi  masyarakat yang pertama mendiami bumi ini. Maka adat itu adalah bawaan bukan pemberian.

By : Philipus Nahaya

0 komentar:

Posting Komentar





 
Design by PHILIPUS NAHAYA | Web by PHILIPUS NAHAYA - Philipus Nahaya Themes | PHILIPUS NAHAYA