Setelah kita menelusuri lebih jauh tentang hakekat adat, akhirnya dapat ditarik suatu kesimpulan pendapat bahwa adat adalah merupakan bentuk kepercayaan asli nenek moyang kita yang mirip dengan agama Hindu, dan telah telah terkontaminasi oleh ajaran Kristen ataupun Islam. Hal ini memang dapat diterima akal karena pada jaman raja-raja berkuasa Indonesia agama Hindu yang sangat dominan, dan setelah itu masuklah pengaruh agama Islam dan agama Kristen pada jaman pemerintahan Hindia Belanda.
Hamper semua bantuk dan jenis adat pada dasarnya berorientasi pada kesejahteraan dan keselamatan hidup di dunia. Sedikit sekali bahkan hamper sama sekali tidak menyentuh tentang keselamatan jiwa disurga. Kalaupun ada, hal inin telah dipengaruhi oleh ajaran agama Kristen atau Islam.
Pendapat diatas diperkuat berdasarkan dia panyangahatn pada setiap kali mengadakan upacara adat yang dapat kita simak sebagai berikut : … “ Minta maraseh salamat-batubuh ringakng-basengat lanu’ basukat ampa mulakngi’ pasaratn-ampanyenok ai’ nyenok karasik-ahe dicinta samua dapay-kaya raya-bapadi ngisi’I pati-bajalu sakumakng lati-bamanok sasige aur. Iatn nang dipinta dipulih ka’ kita pama jubata (Ne’ Pajaji)”. Kadang kala kita pernah mendengar sang panyagahatn dalam doanya menyebut “subayatn” tetrapi subayatn tidaklah dapat diartikan sebagai surge.kata subayatn mulai dikenal dari cerita Nek Baruakng dimana dalam perjalanan mengembara ia KAWIN DENGAN SEORANG GADIS YANG SANGAT CANTIK BERNAMA Nek Si Putih Panara Subayatn, dan hasil dari perkawinannya itu lahirlah segala jenis rasi seperti sooh, keto,kutuk, dll. Dengan demikian subayatn dapat diartikan sebagai tempat tinggal roh-roh halus yang suka ngarere’-ngalimat (menggoda-merayu) Talino.
Jadi hamper tidak ada menyentuh diakhirat menurut pandangan adat, akhirat itu tempat yang suci barqaseh tidak ada kesalahan dan noda dosa diakhirat tempat yang abadi, karena menurut pandangan adat perbuatan baik dan jahat semua akibatnya diterima didunia seperti pepatah mengatakan. Gajah mati meninggalkan gading, harimau mati meninggalkan belang, kalau orangnya berbuat baik, dirinya dan keturunannya tali darahnya akan menerima kebaikannya. Kalau dia suka berbuat kejahatan, dirinya dan keturunan tali darahnya akan menerima kejahatan pula, ini semua diwariskan kepada anak bahkan sampai kepada cucu dan cicitnya, makanya kalau orang yang melakukan kejahatan membunuh, ini akibat sial sengsaranya sampai 7 keturunan. Oleh sebab itu adat berprinsip orang baik itu sering melakukan yang terbaik, walaupun ia mendapat kelebihan sedikit ini dikatakan sugih. Tapi yang namanya orang jahat tidak pernahberbuat untuk orang lain selain menguntungkan dirinay sendiri apalagi kalau memang dianya sudah terkontaminasi oleh tali darah orang jahat keturunannya, penipu, perampok, pembunuh, preman pekerjaan usaha yang dipilihnya pasti sifatnya berdiri diatas kesusahan dan penderitaan orang lain. Dia tetap bisa jadi orang kaya tetapi tidak menjadi orang baik. Anak cucu keturunan tali darahnya akan menerima badi, tulah dan kicas balasan perbuatan yang dilakukan oleh orang tuanya itu.
b. Penjelmaan hidup Kembali Atau Reinkarnasi
Meskipun kita telah berkesimpulan berdasarkan doa panyagahatn bahwa adat pada dasarnya berorientasi kepada hal-hal duniawi, namun apabila kita cermati dengan seksama ternyata ajaran adat sangat mengutamakan dan memprioritaskan hal-hal yang baik seperti saling mengasihi, tidak boleh melakukan kejahatan bahkan keseimbangan batin harus dijaga. Ajaran adat mengenal adanya tulah, sangar dan kicas atau karma, pantang pamali. Adat percaya adanya penjelmaan hidup baru setelah kematian, maka baik buruknya penjelmaan kehidupan baru itu sangat berngantung kepada baik buruknya prilaku manusia selama hidupnya. Pendapat tentang penjelmaan hidup baru dalam baka ini (reinkarnasi) sebagaimana dapat kita simak dari kata-kata atau pesan terhadap orang mati. Dalam pesan tersebut diatas, menurut kepercayaan adat penjelmaan hidup kembali menjadi manusia baru memang dapat kita yakini. Untuk membenarkan pendapat diatas aka kalau ada orang yang meninggal dunia dia orang yang sudah cukup tua dan perbuatan semasa hidupnya tergolong orang baik, dia kaya sugih bukan kaya harta dianya orang tua perbuatannya tidak baik, misalnya membunuh, perampok, suka dengki dengan kehidupan orang lain yang sejalan dengan cara hidupnya dan lain sebagainya, ini dianggap dianya menjadi roh-roh jahat, menjadi pengacau pengaru, menjadi baho kadoko ka’ uma, ka tahutn jadi setan iblis sering menganggu kehidupan manusia termasuk kehidupan anak cucu tali darahnya. Kalau dianya anak-anak yang belum pernah berbuat apa-apa ini bisa juga menjelma hidupnya kembali menjadi manusia dalam bentuk baru ini dapat diyakini ada beberapa contoh dalam masyarakat adat, mereka member tanda dengan kapur dan kunyit dibagian tertentu anak yang baru meninggal, itu setelah beberapa tahun kemudian lahirlah seorang anak dilingkungan keluarga dekat pasti mempunyai tanda berupa tahi lalat pada bagian yang diberi tanda itu, sedangkan hal ini tidak pernah dilakukan terhadap orang dewasa, alasannya karena orang dewasa selama hidupnya sudah banyak terkontaminasi oleh perbuatan yang kurang baik, namun demikian berdasarkan keyakinan bahwa perbuatan baik itu bisa juga menjelma masuk kepada manusia lain kalau dia juga tergolong orang baik misalnya dia mendapatkan kedudukan ditengah-tengah masyarakat jadi pemimpin organisasi, jadi pemimpin perusahaan bahkan menjadi pemimpin Negara, pemimpin agama,melioner, dan lain sebagainya pokoknya menjadi orang terkemuka.
0 komentar:
Posting Komentar