Upacara sebelum
perkawinan
Biasanya sebalum
upacara pernikahan diadakan terlebih dahulu
pihak keluarga melakukan bahaupm ( musyawarah). Pada upacara ini calon
mempelai laki-laki dan mempelai perempuan akan menentukan apakah suami ikut
istri atau sebaliknya.
Upacara batalah
Yaitu upacara untuk
memberi nama pada bayi yang baru lahir. Upacara ini dilakukan setelah tiga atau
tujuh hari kelahiran bayi yang didahului dengan proses pemandian bayi. Apabila
upacara ini dilakukan pada hari ketiga setelah kelahiran bayi. Maka upacara ini
harus disertai denga penyembeliha seekor
ayam untuk selamatan. Bila upacara dilaksanakan pada hari ketujuh maka
desembelih seekor babi untuk perjamuan dan balas jasa orang yang menolong
selama proses kelahiran.
Upacara batenek
Upacara batenen
merupakan suatu upacara melibangi telinga anak perempuan. Upacara ini dilakukan
setelah anak berumur dua sampai dengan 3 tahun.
Upacara babalak
Adalah upacara
penyunatan anak laki-laki dibawah usia sepuluh tahun. Upacara ini masih tetap dijalankan
walaupun orang dayak masih memegang kuat kepercayaan lama. Dalam upacara ini
biasanya disembelih tiga ekor babi dan dua belas ekor ayam. Bagi keluarga yang
tidak mampu, perayaannya dapat digabung dengan keluarga lain yang mampu, namun
harus menyumbang seekor ayam, 3 kg beras sungguh ( beras biasa) dan 3 kg beras
pulut ( ketan).
Upacara adat
karusakatn (
Karusakatn adalah
upacraa yang berhubungan dengan
kematian. Bagi orang dayak kanayatn , orang yang meninggal harus
dikuburkan paling lama satu malam setelah meninggal. Upacara kematian ini
terdiri atas beberapa bagian. Yaitu :
a. Upacraa adat basubur , yakni upacraa untuk memberi makan orang yang
telah meninggal.
b. Upacara barapus, yakni upacara yang dilakukan 3 hari setelah pemakaman
untuk memberitahukan kepada orang yang meninggal bahwa ia telah meninggal.
Adat yang berkaitan
dengan pertanian.
Masyarakat dayak
kanayatn merupakan masyarakat yang agraris , yaitu masyarakat yang
menggantungkan hiduap mereka dari hasil pertanian . sebagai ,asyarakat agraris,
orang dayak kanayatn memiliki beberapa tradisi
yang berkaitan dengan siklus pertanian selama satu tahun, yang dikenal
dengan adat bahuma batahutn.
Menurut aturan adat
dikenal sejummlah upacara yang dilakukan pada setiap tahapan pertanian yaitu.
1. Upacara nabo’ panyugu nagari, sebe;lum membuka suatu lahan pertanian,
pertama-tama seluruh penduduk desa harus meminta ijin bersama-sama dengan cara
berdoa di panyugu ( tempat ibadat/ tempat ritual) ketemenggungan. Agar doa ini
terkabul maka penduduk harus bapantang ( menjalankan pantang) selama tiga hari
dan tiga malam. Selama masa bapantang itu masyarakat tidak boleh bekerja, tidak
makan daging, pakis, rebung, cendawan, dan keladi. Mereka juga tidak boleh
mengeluarkan kata-kata kotor atau umpatan yang dapat menyebabkan bapantang itu
gagal.
2. Upacara nabo’ panyugu tahutn, upacraa ini dilakukan untuk menetapkan
lokasi pertanian dengan sembahyang di panyugu untuk memohon keselamatan dan
berkah yang baik. Hal ini dilakukan karena masyarakat dayak kanayatn percaya bahwa leberhasilan
ritual dapat menentukan keberhasilan panen mereka tahun ini.
3. Kegiatan ngaratas, ngaratas merupakan kegiatan membuat jalur batas atas
lahan pertanian dengan tetangga. Setelah itu barulah bahuma ( menebas) hutan
sampai dengan selesai. Hal ini dilakukan untuk menghindari kesalahpahaman dan
agar tidak terjadi pengambilan batas tanah ladang orang lain.
4. Nabakng, merupakan upacara menebang pohon setelah kegiatan menebas.
Setelah itu diadakan upacara baremah dengan membuat persembahan untuk jubata,
agar diperbolehkan memakai lahan pertanian atau ladang yang akan digarap. Bila
ada pohon besar, maka pohon tersebut tidak ditebang, melainkan hanya dikurangi
cabang-cabangnya. Orang dayak kanayatn
percaya bahwa pohon besar biasanya dihinggapi burung tingkakok atau burung berkat padi yang menjada dan menimang buah
padi, sehingga pada waktu panen nanti akan mendapat padi yang baik (berisi) dan
melimpah.
5. Ngarangke’ raba’ merupakan upacara mengeringkan tebasan dan tebangan
dalam beberapa waktu untuk kemudian dibakar. Sebelum dibakar dilakukan
ngararaki’ yaitu membersihkan daerah sekeliling yang akan dibakan untuk
pencegahan merambatnya api secara luas. Upacara ini dilakukan untuk meminta
berkah pada roh pelindung sebelum pekerjaan selanjutnya dilaksanakan.
6. Membuat solor atau jaujur, merupakan pembuatan tanda batas antara
ladang milik sendiri dengan ladang tetangga agar jangan sampai terjadi
kesalahpahaman pemakaian batas tanah
garapan.
7. Upacara nunu’ merupakan upacara membakar ladang guna membersihkan dari pohon-pohon yang telah
ditebas atau ditebang.
8. Upacara batanam padi, merupakan kegiatan menanam padi , biasanya
upacraa ini terdiri adas :
a.
Ngalabuhatn, yakni upacara memulai
menanam padi.
b.
Upacara ngamala lubakng tugal,
upacara ini dilakukan disawah atau ladang secara intensif agar padi yang
ditanam dapat tumbuh dengan baik, berhasil, dan tidak diganggu hama.
c.
Upacara ngiliratn, merupakan
upacara membuang/ menghanyutkan padi-padi bekas gigitan hama maupun binatang ke
sungai dengan maksud membuang sial ( penyakit).
9. Upacara ngabati, merupakan upacara yang dilaksanakan di tengah ladang
pada saat hendak panen padi yang telah menguning tersebut. Upacara ini
merupakan permohonan agar padi yang telah menguning tersebut tidak diganggu
oleh hama tikus dan agar semua padi berisi, sehingga panen tiba hasilnya
banyak.
10. Upacara naik dango’. Upacara naik dango’ merupakan upacara inti dari
beberapa tahapan upacara yang berkaitan dengan panen padi ( pesta panen).
Upacara ini merupakansyukuran padi yang dilaksanakan masyarakat dayak kanayatn
setiap setahun sekali pada tanggal 27 April. Pelaksanaannya dilakukan secara
bergiliran sdetiap kecamatan di kabupaten landak.upacara ini merupakan upacara
besar yang melibatkan masyarakat dan kesenian didalamnya. Upacara adat naik
dango adalah sebuah upacara untuk mengungkapkan rasa syukur kepada JUBATA (sang
Pencipta) atas hasil panen padi yang
melimpah. Selain untuk bersyukur, masyarakat dayak juga memohon
masyarakat dihindarkan dari bencana dan malapetaka.
Tahap
pelaksanaan upacara naik dango’
a.
Sebalum hari pelaksanaan, terlebih
dahulu dilakukan pelantunan mantra ( nyangahatn) yang disebut matik. Hal ini
bertujuan untuk memberitahukan dan memohon restu pada jubata.
b.
Pada hari pelaksanaan dilakukan 3
kali nyangahatn :
-
Pertama di sami, bertujuan untuk
memanggil jiwa atau semangat padi yang belum datang agar datang kembali kerumah
adat.
-
Di baluh/langko, bertujuan untuk
menggumpulkan semangat padi di tempatnya yaitu dilumbung padi.
-
Di pandarengan, bertujuan untuk
berdoa untuk memberkati beras agar dapat bertahan dan tidak cepat habis.